Bermula dari diskusi dengan dosen waliku,
Ibu: "Susi, udah kepikiran judul TA mu?"
Aku: "Belum bu, hehehe"
Ibu: "Kamu berani ga, ngambil judul Kompleks Pemakaman?"
Aku: "Emang seperti apa bu?"
Ibu: "Kamu pernah mendengar ga pemakaman terpadu? San Diego Hills?
Aku: "Engga..."
Ibu: "Padahal itu potensial lo, di Martapura ini sudah mau di bangun seperti itu, jadi sistem pre order gitu. Kaya membeli rumah juga di awal, cuman itu rumah masa depan, hehehe. "
Begitulah sedikit cuplikan dialog kami, Pfffttt... sebenarnya udah lupa lanjutannya apa... hihihi gomen.
Jadi intinya, Kompleks Pemakaman itu bukan hanya tentang makam, tapi juga fasilitas untuk penyelenggaraannya dan maintenancenya, dengan kata lain, rumah ibadah, bangunan pengelola, dan juga fasilitas pendukung lainnya di satu kompleks.
Ibu Aufa (dosen waliku) memberi referensi San Diego Hills yang terletak di Karawang, Jawa barat. Konsep Kompleks Pemakaman ini sendiri adalah untuk menghilangkan citra makam yang akrab dengan kesedihan. Dengan di bangun megah dan di sediakan fasilitas-fasilitas yang indah dan megah, diharapkan sebagai hadiah terakhir yang terindah untuk yang meninggalkan, dan tempat memori indah terakhir juga untuk yang di tinggalkan.
Ini beberapa contoh foto di San Diego Hills... heheee keliatan seperti kompleks pemakaman? TIDAK kan... memang... Berarti tujuannya tercapai kan? Menyediakan tempat peristirahatan terakhir yang indah untuk orang yang disayang.
Sumber Foto: http://www.sandiegohills.co.id/
Yang unik, di satu kompleks pemakaman ini tidak hanya 1 agama, tapi untuk 5 agama. Jadi untuk yang muslim ada Makam muslim beserta Masjid, dam fasilitas untuk pengelola pemakaman dan perawat makamnya. Begitu juga untuk Agama Kristen dan Protestan, disediakan gereja serta fasilitas pendukung lain. Untuk agama Hindu disediakan Krematorium, dll.
Naaaah inilah yang ingin saya angkat di TA saya.
Di cerita sebelumnya saya bercerita tentang perjalanan saya ke Balikpapan. Kota Balikpapan itu penduduknya heterogen, dalam hal keyakinan beragama juga. Tidak hanya muslim, bahkan banyak pendatang dari luar negeri, dan inilah menariknya.
Ke heterogenan ini sebagai alasan untuk membangun kompleks Pemakaman untuk 5 agama di sana.hehehe (kedengaran absurd ya alasannya? ya sudahlaaaaaaahh lanjuuutt cerita lagi)
Apa yang tidak kalah penting dari sebuah latar belakang? Issue... yupssss...
Pernahkah kalian membaca buku karangan Pa Yori Antar yang judulnya "Komedi Lenong, satire Ruang Terbuka Hijau"? saya ngebacanya pas semester 1, dan saya langsung tersentak, keinget di satu Bab, Pa Yori menginggung tentang "Pemakaman sebagai RTH" dan sesuatu yang di komersilkan dari makam seperti makam-makam di luar negeri.
Saya juga pernah membaca novel yang isinya tentang itu, di New Orleans, bahkan makam jadi tempat wisata, dan kadang disediakan jasa tur malam, mempelajari sejarah tentang penduduk zaman dulu di sana dengan ziarah ke makamnya, dsb. :D
Atau apakah kalian pernah membaca tentang lahan-lahan pemakaman yang semakin habis?
Atau kalian pernah mendengar tentang kuburan bertingkat atau bahasa kerennya "Vertical Cemetery"?
Defisit lahan kosong di sejumlah negara di seluruh dunia, tidak saja memantik pertumbuhan pembangunan hunian vertikal, namun juga ide liar sekaligus kontroversial yakni “apartemen” untuk orang mati.
Aku menemukan di buku "Modern Landscape" karya Michael Spein tentang kuburan bertingkat yang ada di Barcelona, yaitu Igualada Cemetery.
Indah kan? :D
Naaah dari isu-isu inilah maka pembahasan makam menjadi MENARIK. Yupppps aku benar-benar tertantang...hahaha
Lagipula judul ini belum pernah ada yang berani ngangkat. *serasa jadi pioneer* ehem...hahahhaaaaa
Tapiiiiiii...
Judulku di tolak pemirsa...
sekali lagi kutegaskan, DITOLAK. Hiksss...
Alasannya?
nanti dah kuceritakan di part selanjutnya...
See you... :*
Ibu: "Susi, udah kepikiran judul TA mu?"
Aku: "Belum bu, hehehe"
Ibu: "Kamu berani ga, ngambil judul Kompleks Pemakaman?"
Aku: "Emang seperti apa bu?"
Ibu: "Kamu pernah mendengar ga pemakaman terpadu? San Diego Hills?
Aku: "Engga..."
Ibu: "Padahal itu potensial lo, di Martapura ini sudah mau di bangun seperti itu, jadi sistem pre order gitu. Kaya membeli rumah juga di awal, cuman itu rumah masa depan, hehehe. "
Begitulah sedikit cuplikan dialog kami, Pfffttt... sebenarnya udah lupa lanjutannya apa... hihihi gomen.
Jadi intinya, Kompleks Pemakaman itu bukan hanya tentang makam, tapi juga fasilitas untuk penyelenggaraannya dan maintenancenya, dengan kata lain, rumah ibadah, bangunan pengelola, dan juga fasilitas pendukung lainnya di satu kompleks.
Ibu Aufa (dosen waliku) memberi referensi San Diego Hills yang terletak di Karawang, Jawa barat. Konsep Kompleks Pemakaman ini sendiri adalah untuk menghilangkan citra makam yang akrab dengan kesedihan. Dengan di bangun megah dan di sediakan fasilitas-fasilitas yang indah dan megah, diharapkan sebagai hadiah terakhir yang terindah untuk yang meninggalkan, dan tempat memori indah terakhir juga untuk yang di tinggalkan.
Ini beberapa contoh foto di San Diego Hills... heheee keliatan seperti kompleks pemakaman? TIDAK kan... memang... Berarti tujuannya tercapai kan? Menyediakan tempat peristirahatan terakhir yang indah untuk orang yang disayang.
Sumber Foto: http://www.sandiegohills.co.id/
Yang unik, di satu kompleks pemakaman ini tidak hanya 1 agama, tapi untuk 5 agama. Jadi untuk yang muslim ada Makam muslim beserta Masjid, dam fasilitas untuk pengelola pemakaman dan perawat makamnya. Begitu juga untuk Agama Kristen dan Protestan, disediakan gereja serta fasilitas pendukung lain. Untuk agama Hindu disediakan Krematorium, dll.
Naaaah inilah yang ingin saya angkat di TA saya.
Di cerita sebelumnya saya bercerita tentang perjalanan saya ke Balikpapan. Kota Balikpapan itu penduduknya heterogen, dalam hal keyakinan beragama juga. Tidak hanya muslim, bahkan banyak pendatang dari luar negeri, dan inilah menariknya.
Ke heterogenan ini sebagai alasan untuk membangun kompleks Pemakaman untuk 5 agama di sana.hehehe (kedengaran absurd ya alasannya? ya sudahlaaaaaaahh lanjuuutt cerita lagi)
Apa yang tidak kalah penting dari sebuah latar belakang? Issue... yupssss...
Pernahkah kalian membaca buku karangan Pa Yori Antar yang judulnya "Komedi Lenong, satire Ruang Terbuka Hijau"? saya ngebacanya pas semester 1, dan saya langsung tersentak, keinget di satu Bab, Pa Yori menginggung tentang "Pemakaman sebagai RTH" dan sesuatu yang di komersilkan dari makam seperti makam-makam di luar negeri.
Saya juga pernah membaca novel yang isinya tentang itu, di New Orleans, bahkan makam jadi tempat wisata, dan kadang disediakan jasa tur malam, mempelajari sejarah tentang penduduk zaman dulu di sana dengan ziarah ke makamnya, dsb. :D
Atau apakah kalian pernah membaca tentang lahan-lahan pemakaman yang semakin habis?
Atau kalian pernah mendengar tentang kuburan bertingkat atau bahasa kerennya "Vertical Cemetery"?
Defisit lahan kosong di sejumlah negara di seluruh dunia, tidak saja memantik pertumbuhan pembangunan hunian vertikal, namun juga ide liar sekaligus kontroversial yakni “apartemen” untuk orang mati.
Ide
kuburan jangkung ini berangkat dari pertanyaan menakutkan; di manakah
harus mengebumikan jenazah, bila lahan kosong semakin langka? Martin
McSherry, mahasiswa arsitektur asal Oslo, Norwegia, punya solusi masalah
kelangkaan lahan kosong yakni kuburan vertikal tersebut.
Tentu saja, hasil karyanya ini bukan sembarang kuburan, melainkan
pencakar langit yang hampir mirip sarang lebah raksasa berwarna putih
dengan “gua-gua” segitiga. Menurut McSherry, separuh bangunan tersebut
akan menampilkan derek permanen untuk mengangkat peti mati dan
menempatkannya ke slot kosong.
Pencakar langit ini juga dirancang untuk tumbuh ke atas setiap waktu, seiring jumlah kematian. Oleh karena itu, crane akan digunakan untuk menambah slot ruang pemakaman baru. Tidak mengherankan bila ide luar biasa ini menuai kecaman, sekaligus juga dukungan.
Norwegia telah berurusan dengan masalah kelangkaan tanah, sehingga mendorong mereka menciptakan sistem sewa lahan pekuburan selama dua dekade. Setelah itu, lahan tersebut bebas digunakan kembali untuk jasad-jasad lainnya. Situasi menjadi sangat buruk, saat petugas pemakaman mulai melakukan kecurangan; menyuntikkan peti mati dengan senyawa kapur yang mempercepat proses dekomposisi mayat sehingga lahan kosong akan tersedia lebih cepat.
Mudah dimengerti bila Norwegia bereaksi keras terhadap ide ini. Pasalnya, mereka masih mengkhawatirkan tentang moral kematian, menjaga martabat orang mati, dan ketidaknyamanan ketika jenazah-jenazah tersebut dipajang.
Banyak negara berada dalam posisi yang sama seperti Norwegia, termasuk Amerika Serikat. Perencana kota Atlantic City, Chris Coutts mengatakan jika sebanyak 76 juta orang AS diperkirakan meninggal antara tahun 2024 dan 2042 harus dikuburkan, maka akan membutuhkan 130 mil persegi lahan atau seukuran kota Las Vegas!
Sejatinya, situs pemakaman vertikal seperti ini bukanlah hal baru. Pasalnya masyarakat tradisional telah menciptakan sistem pemakan bertumpuk atau biasa disebut Necropoli selama berabad-abad. Tidak hanya untuk ruang konservasi, juga pekerjaan dan penghasilan yang bisa didapatkan dari sistem tersebut.
Necropoli telah muncul di seluruh Eropa. Bahkan New Orleans telah beralih ke plot vertikal untuk menghindari kerusakan peti mati dari terjangan banjir dan badai di kota-kota dataran rendah.
Memorial Necropole Ecumenica, di Brasil, merupakan pemakaman tertinggi di dunia. Situs ini telah menjadi hunian bagi orang mati selama 28 tahun, dengan ribuan mayat yang memenuhi seluruh bangunan 32 lantai.
Sumber Artikel: https://4dgi.wordpress.com/category/properti-gadget-and-sport-car/Pencakar langit ini juga dirancang untuk tumbuh ke atas setiap waktu, seiring jumlah kematian. Oleh karena itu, crane akan digunakan untuk menambah slot ruang pemakaman baru. Tidak mengherankan bila ide luar biasa ini menuai kecaman, sekaligus juga dukungan.
Norwegia telah berurusan dengan masalah kelangkaan tanah, sehingga mendorong mereka menciptakan sistem sewa lahan pekuburan selama dua dekade. Setelah itu, lahan tersebut bebas digunakan kembali untuk jasad-jasad lainnya. Situasi menjadi sangat buruk, saat petugas pemakaman mulai melakukan kecurangan; menyuntikkan peti mati dengan senyawa kapur yang mempercepat proses dekomposisi mayat sehingga lahan kosong akan tersedia lebih cepat.
Mudah dimengerti bila Norwegia bereaksi keras terhadap ide ini. Pasalnya, mereka masih mengkhawatirkan tentang moral kematian, menjaga martabat orang mati, dan ketidaknyamanan ketika jenazah-jenazah tersebut dipajang.
Banyak negara berada dalam posisi yang sama seperti Norwegia, termasuk Amerika Serikat. Perencana kota Atlantic City, Chris Coutts mengatakan jika sebanyak 76 juta orang AS diperkirakan meninggal antara tahun 2024 dan 2042 harus dikuburkan, maka akan membutuhkan 130 mil persegi lahan atau seukuran kota Las Vegas!
Sejatinya, situs pemakaman vertikal seperti ini bukanlah hal baru. Pasalnya masyarakat tradisional telah menciptakan sistem pemakan bertumpuk atau biasa disebut Necropoli selama berabad-abad. Tidak hanya untuk ruang konservasi, juga pekerjaan dan penghasilan yang bisa didapatkan dari sistem tersebut.
Necropoli telah muncul di seluruh Eropa. Bahkan New Orleans telah beralih ke plot vertikal untuk menghindari kerusakan peti mati dari terjangan banjir dan badai di kota-kota dataran rendah.
Memorial Necropole Ecumenica, di Brasil, merupakan pemakaman tertinggi di dunia. Situs ini telah menjadi hunian bagi orang mati selama 28 tahun, dengan ribuan mayat yang memenuhi seluruh bangunan 32 lantai.
Aku menemukan di buku "Modern Landscape" karya Michael Spein tentang kuburan bertingkat yang ada di Barcelona, yaitu Igualada Cemetery.
Indah kan? :D
Naaah dari isu-isu inilah maka pembahasan makam menjadi MENARIK. Yupppps aku benar-benar tertantang...hahaha
Lagipula judul ini belum pernah ada yang berani ngangkat. *serasa jadi pioneer* ehem...hahahhaaaaa
Tapiiiiiii...
Judulku di tolak pemirsa...
sekali lagi kutegaskan, DITOLAK. Hiksss...
Alasannya?
nanti dah kuceritakan di part selanjutnya...
See you... :*